Jumat, 27 Agustus 2010

Si Pemimpi dan Mimpi-mimpinya

Membicarakan mimpi memang terkadang membuat telinga saya sedikit gatal, hati saya sedikit bimbang dan pikiran saya banyak melayang kemana-mana. Dalam hal ini bukan mimpi waktu kita tidur, namun lebih tepatnya tujuan yang akan kita raih dalam hidup atau dalam kata-kata yang lebih sederhana adalah cita-cita. Mendengar tujuan hidup,mimpi,cita-cita dan segala tetek bengeknya terkadang sering menguras pikiran saya dan membuat saya sedikit mengingat-ingat kembali cita-cita saya dari kecil hingga sekarang yang selalu berubah-ubah.
Ketika berumur lima tahun, masih teringat jelas memiliki obsesi menjadi seorang polisi. Mungkin itu hal lumrah yang terjadi pada anak-anak yang selalu ingin menjadi pahlawan yang memberantas kejahatan. Setiap karnaval agustusan, baju ala polisi warna hijau lengkap selalu saya pakai dengan rasa bangga. Berdiri di barisan paling depan, saya dengan gagah dan lugunya memamerkan seragam ala polisi tersebut dan selalu berharap kelak jika sudah besar benar-benar menjadi seorang polisi. Mungkin bisa dikatakan memiliki cita-cita adalah hal wajib dimiliki oleh setiap orang. Mengapa saya katakan demikian, karena begitu saya masuk SD alias Sekolah Dasar hal yang kedua yang ditanyakan setelah nama pasti adalah “apa cita-cita kamu?”. Pertanyaan itu selalu ditanyakan setiap naik kelas, baik secara lisan maupun tulisan. Waktu itu cita-cita ingin jadi polisi tia-tiba saja hilang begitu saja.
Di sekolah dasar, cita-cita yang paling diinginkan adalah menjadi guru. Sepertinya ada kepuasan tersendiri ketika mengajar dan memberikan ilmu kepada siswa. Setiap jam kosong, kelas selalu saya ambil alih. Saya selalu mendapat tugas dari guru saya untuk mendikte teman-teman lain untuk mencatat. Meskipun belum sepenuhnya bisa mngajar seperti guru, saya memiliki kepuasan itu dengan berdiri didepan kelas dan mendikte catatan kepada teman-teman saya. Keinginan menjadi guru hanya sebatas sampai kelas empat saja. Beranjak kelas lima, mulai memiliki hobi menyanyi di kamar mandi. Dan pada saat itu lagu-lagu yang sering saya nyanyikan adalah lagu dangdut. Aduh buyung dari manis manja group serta Dinding Pemisah dari Mery Andani sering saya nyanyikan. Maklum, memang waktu itu hanya punya dua kaset tersebut. Sejak saat itu mulai memiliki cita-cita ingin menjadi penyanyi dangdut. Ditambah waktu itu sering melihat tayangan “sik asik” di SCTV yang kalau tidak salah dulu host nya adalah beby ayu (maaf jika salah). Setiap sabtu saya selalu melihat kuis dangdut yang dipandu oleh Jaja Mihardja dengan semboyan yang sangat fenomenal “apaan tuh?”. Kegiatan-kegiatan menonton tayangan itu kemudian semakin membuat saya menginginkan menjadi penyanyi dangdut. Tampil menyanyi dangdut pertama kali di acara ulang tahun tetangga saya, dengan PD saya menyanyi lagu dari Puput Melati dengan judul “Kecil-kecil si cabe rawit”. Pada saat itu merupakan album dangdut pertama Puput Melati pada saat kecil. Puas rasanya meskipun bukan tampil di acara besar seperti di televisi pada saat ini.
Begitu duduk dibangku sekolah dasar akhir, kegelisahan akan cita-cita semakin besar. Hingga pada akhirnya mencontoh cita-cita standar teman-teman saya pada saat itu yaitu “menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa”. Tapi ternyata meskipun standar, cita-cita yang satu ini sulit untuk diwujudkan sampai sekarang. Pada saat SMP mulai menyukai membaca tabloid dan juga majalah di perpustakaan sekolah. Yang paling sering dibaca adalah kolom cerpen dengan yang dominan cerita-cerita cinta. Pada saat itu kemudian cita-cita saya adalah menjadi seorang pnulis. Bermodalkan buku tulis merek kiky yang sedikit panjang, saya mulai rajin menulis apapun yang ada di pikiran saya. Jika sudah selesai satu tulisan, maka saya langsung berikan teman-teman saya untuk dibaca dan diberi komentar. Saya juga pernah mengirimkan tulisan saya di salah satu majalah, namun tidak pernah dimuat. Mungkin karena tulisan saya tidak layak atau mungkin karena teks yang saya kirimkan waktu itu menggunakan tulisan tangan, maklum waktu itu belum punya mesin ketik apalagi komputer.
Menjadi penulis mungkin bisa dibilang cita-cita saya yang sedikit awet hingga saya masuk ke SMA. Di SMA tulisan saya pernah dimuat di tabloid sekolah yang hanya terbit satu minggu sekali saja. Karena terlalu capek atau sudah bosan, saya kemudian berlih cita-cita. Dari menjadi seorang penulis, tiba-tiba saya ingin menjadi aktor. Saya kemudian rajin mengikuti ekstra kulikuler teater hingga menghantarkan saya menyumbang satu prestasi untuk sekolah saya waktu itu. Pernah juga bercita-cita menjadi penyiar. Mungkin ini karena saya mulai rajin mendegarkan radio pada saat itu. Masih terekam jelas di otak saya, ketika saya membuat microphone palsu dari kertas kemudian saya bersiaran di dalam kelas dan teman-teman yang ada di belakang bangku saya duduk yang selalu setia mendengarkan.
Semua cita-cita saya dari kecil hingga dewasa perlahan seperti memunculkan kemungkinannya. Lulus SMA saya mendapat tawaran dari seorang anggota polisi untuk dimasukkan ke sekolah polisi yang notabene adalah cita-cita saya pada saat masih TK. Namun kesempatan itu saya tolak begitu saja. Lulus SMA saya langsung melanjutkan pendidikan di kejuruan yang memungkinkan saya untuk menjadi guru yang notabene cita-cita waktu SD saya. Waktu masih SMA saya bernah bernyanyi dalam acara tahun baru di kabupaten, itu bisa menjadi bukti cita-cita saya menjadi penyanyi sedikit terwujud. Sekarang saya punya blog yang dapat menyalurkan hobi menulis saya yang notabene saya pernah bercit-cit menjadi seorang penulis. Saat ini saya dipercaya bersiaran di salah satu radio besar swasta yang notabene saya pernah bercita-cita menjadi penyiar dengan microphone kertas saya.
Bisa dibilang saya ini si pemimpi dengan banyak mimpi dan selalu bermimpi dengan mimpi-mimpi tersebut. Sebenarnya semua cita-cita dan mimpi yang sering kita khayalkan bisa menjadi sesuatu yang nyata serta mungkin kita raih jika kita mau berusaha dan mampu mengambil kesempatan yang ada. Tekadang memang butuh sedikit keberanian untuk mengambil kesempatan besar yang datang kepada kita. Karena jika kita mengabaikan kesempatan itu begitu saja, bisa jadi kesempatan itu tidak akan pernah ada lagi untuk kita. Jadi, bermimpilah sebagai apapun karena bisa jadi salah satu dari beragam mimpi kita itu akan bisa terwujud. (270810)

Rabu, 25 Agustus 2010

Bapak Saya Bapak Serba Bisa


Rasa kantuk ketika menulis tulisan ini ternyata justru mengantarkan saya pada seorang sosok yang dekat dengan saya. Sosok yang memiliki pengaruh besar kepada saya. Serta sosok yang tidak akan pernah tergantikan di hati saya. Sosok itu adalah seorang Ayah,atau saya lebih suka menyebutnya Bapak. Bapak adalah sosok kharismatik meskipun orang lain tidak berkata demikian. Bapak adalah pahlawan meskipun mungkin orang tidak sependapat demikian. Bapak malaikat lembut penenang tidur saya, meskipun tidak untuk orang lain. Bapak adalah Guru hidup terbaik meskipun bagi orang lain tidak. Bapak ahli keuangan handal, meskipun tidak untuk orang lain. Bapak adalah manusia serba bisa yang tidak akan terganti oleh siapapun di dunia ini. Mengapa saya berkata demikian?, saya akan menjabarkan semuanya dengan ditemani segelas susu coklat serta otak yang merekam jelas momen-momen bersama Bapak.
Saya mengatakan Bapak adalah sosok yang kharismatik, meskipun orang lain tidak sependapat demikian. Sosoknya yang sederhana dan selalu tersenyum ketika bertemu dengan saya merupakan obat penenang yang paling ampuh di dunia. Tutur kata Bapak yang pelan dan tegas membuat saya selalu tidak pernah berkata “tidak” dengan segala apa yang menjadi perintah Bapak. Tapi maaf pak, terkadang memang kedewasaan mengubah seorang anak menjadi sedikit tidak menurut. Masih terekam jelas ketika saya pertama kali berkata “tidak”, tidak untuk menempuh jalan yang disarankan oleh Bapak.
Bapak adalah sosok pahlawan, meskipun orang lain tidak mengakui demikian. Pahlawan yang selalu melindungi serta selalu memberikan rasa aman ketika berada disampingnya. Tapi maaf pak, terkadang memang pahlawan harus memiliki jiwa besar dan mengakui kesalahan meskipun itu kesalahan anaknya. Kesalahan terbesar dalam hidup saya ketika pahlawan saya dengan kebesaran jiwanya mengakui kesalahan anaknya di depan kepala sekolah. Yang membuat saya semakin mengagumi sosok kepahlawanannya adalah ketika Bapak tetap tidak marah dengan apa yang telah saya lakukan. Dengan bijak Bapak mengarahkan saya untuk bersikap lebih baik lagi.
Bapak malaikat lembut yang selalu menjaga ketika saya kecil tertidur. Ketika kecil, Saya tidak pernah berani tidur sendiri tanpa didampingi sosoknya. Masih terekam jelas dalam otak saya, ketika Bapak dengan tangannya yang telah terlihat lelah setelah seharian bekerja mengangkat tubuh saya dari kursi dan memindahkan ke atas tempat tidur. Rasa nyaman diangkat dan digendong oleh Bapak tak akan pernah hilang meskipun tubuh yang dulu diangkat oleh Bapak kini mungkin lebih kuat dari Bapak sekarang. Tapi maaf pak, kemanjaan seorang anak terkadang membuat Bapak harus lelah menjaga dan selalu mengangkat saya ketika akan tidur.
Bapak adalah guru hidup terbaik dalam hidup saya, meskipun bagi orang lain tidak. Sifat ramah dan suka menolong selalu menjadi mata pelajaran setiap hari antara saya dan Bapak. Kerja keras, tidak mudah putus asa serta doa adalah pelajaran utama yang selalu diajarkan oleh Bapak. Tapi maaf pak, terkadang saya kurang konsentrasi dalam menerima pelajaran Bapak, sehingga saya harus membuat Bapak kecewa yang mungkin ini merupakan kekecewaan yang kesekian kali.
Bapak adalah ahli keuangan yang handal, meskipun tidak untuk orang lain. Menabung dan tidak boros adalah kata-kata yang selalu diucapkan Bapak. Hidup sederhana serta mensyukuri apa yang bisa dimakan hari ini adalah moto hidup Bapak. Keringat dan kerutan di dahi Bapak cukup menjadi bukti bahwa Bapak selalu berusaha menjaga perekonomian keluarga. Tapi maaf pak, terkadang gaya hidup membuat seorang anak berubah. Teringat sekali, dengan motor butut Bapak, dengan topi hitam bertuliskan Yamaha, Bapak menjadi tukang ojek dadakan untuk mendapatkan uang Rp.1000. Begitu gembiranya ketika saya menerima uang itu dari Bapak tanpa memikirkan betapa lelahnya seorang Bapak.
Jika Bapak tau, Bapak adalah sosok pahlawan kharismatik berhati lembut seperti malaikat yang mengajarkan hidup dan ahli keuangan yang handal. Bapak adalah orang yang serba bisa. Bapak saya, Bapak Mariyanto tulus serta ikhlas melakukan apapun demi saya Hendra Febriyanto. Bangga sekali diri saya dengan nama belakang saya yang mirip dengan Bapak saya. Dan saya juga ingin membuat Bapak bangga dengan nama Bapak yang mirip dengan saya. Tapi maaf pak, saya masih belum bisa. Mungkin kata maaf dalam tulisan ini tidak akan cukup menebus kekecewaan Bapak. Mungkin Pujian dalam tulisan ini tidak akan pernah diharapkan oleh seorang Bapak, karena saya tau Bapak dengan tulus dan ikhlas memberikan semuanya kepada saya. Tapi Maaf pak, izinkan saya memeluk dan mencium tangan bapak dan berkata untuk kesekian kali “maaf pak....”.(25-08-10)